A. Irmanputra Sidin, PhD in Constitutional Law/ Constitutional Lawye
Jakarta, February, 28, 2025
Pada artikel saya sebelumnya saya sering menyatakan bahwa peran negara hanya sekedar “memajukan kesejahteraan umum” bukan “menciptakan kesejahteraan”, yang bisa menciptakan kesejahteraaan adalah individu rakyat itu sendiri. Saya lebih lanjut menyatakan bahwa kalau individu sudah sering memikirkan kesejahteraannya sendiri maka tanpa sadar dia memikirkan kesejahteraan orang lain, karena tidak ada yang bisa sejahtera tanpa melibatkan orang lain ikut menjadi sejahtera, karena akan terjadi efek domino.
Ketika itu terjadi, kesejahteraaan umum terakselerasi dan tercipta, peran negara dituntut memudahkan semuanya, birokrasi dan regulasinya disederhanakan, dibantu hidupkan pasarnya, jamin keamananan dan kepastian hukum, hidupkan pemikiran kreatif daripada pemikiran kritis, karena pemikiran kreatif akan menambal kekurangan dan membuka peluang sementara pemikiran kritis hanya akan menutup peluang dan melemahkan semangat manusia. Kita tidak menghadapi kekuasaan seperti cerita abad abad lalu kejamnya kekuasaan seperti di buku-buku soal politik dan konstitusi yang banyak diinspirasikan kekejamaan Raja Lois XIV negara adalah saya , melahirkan Revolusi Prancis, Amerika hingga Inggris.
Saat ini kita sedang menghadapi rezim pasar, disaat the FED (bank sentral amerika) komentar sedikit saja tentang suku bunga, pasar guncang (hawkish/dowfish), di Indonesia bisa terjadi PHK. Presiden Trump, Zalenski, Putin, XI JinPing saja minum teh, kelangkaan tepung bisa tiba tiba lancar, pasar bergairah. Semakin pasar bergairah, semakin sejahteralah, rakyat
Gairah pasar adalah gairah negara akan terjadi disaat transaksi kekayaaan individu kepada yang lain berputar lancar karena bisa menjadi modal (energi) bergeraknya kreatifitas dan inovasi manusia memproduksi barang dan jasa karena inilah syarat negara sejahtera. Inilah yang dipikirakan oleh salah satu pendiri konstitusi Amerika Alexandre Hamilton, negara tidak bisa bergerak tanpa uang yang berputar. Makanya kemudian dia menggagas bahwa sebuah negara harus memilki bank, dan ia kemudian mendirikan Bank of New York dan ini didukung oleh Geoge Washington, bahkan George Washington adalah salah satu pemegang saham sebuah Bank. Oleh karenanya Lynch, P (1996) menyebutnya sebagai Bapak Sistem Finansial Amerika. Namun berbeda dengan koleganya Thomas Jefferson yang memiliki latar belakang berbeda, dia tidak menyetujui gagasan ini.
Jefferson mungkin tidak paham bahwa ketika orang menyimpan uang di bank, maka bank akan menyalurkan kepada yang lain dalam bentuk kredit. Dengan utang ini menjadi tambahan aset bagi seseorang untuk memulai membangun usaha , pabrik dan lain lain. Mungkin juga tidak paham bahwa ketika pabrik didirikan dari modal yang diberikan oleh bank, maka di seputar pabrik itu akan muncul warung, toko, pedagang makanan, buah buahan, bahkan penduduk baru berdatangan, semua orang mulai berproduksi, berdistribusi, banyak yang bisa mendapatkan pekerjaan disekitarnya, jalan dibuka, ekonomi bertumbuh. Bahasa konstitusionalnya Gross Domestik Produk (GDP) bertumbuh, ekonomi bertumbuh diluar yang pernah dipikirkan. Utang itu pelumas bahkan bahan bakar pembangunan, karenanya orang yang berutang tak boleh dipenjara.
Sejarah ini bukan hanya terjadi di AS, di Indonesia memiliki tokoh yang sama dengan Alexandre Hamilton, beliau juga salah satu pendiri bangsa Indonesia, beliau anggota Komite Ekonomi BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yaitu RM Margono Djojohadikusumo. Beliau mendirikan Bank Negara Indonesia, yang awalnya sempat menjalankan fungsi bank sentral (Keputusan Presiden No. 2/1946 tanggal 5 Juli 1946) yang akhirnya baru kemudian tertuang beberapa puluh tahun kemudian (1999) dalam Perubahan keempat Pasal 23 D UUD 1945 bahwa Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang undang.

Source : indonesiasatu.co.id
Saya yakin beliau juga memiliki pendapat yang sama dengan Hamilton, bahwa negara harus punya bank dan uang begitu penting bagi sebuah negara karena bank akan menyalurkan uang kepada pihak lain guna langkah produktif “memajukan kesejahteraaan umum” sesuai tujuan negara dalam Pembukaaan UUD 1945. Dalam salah satu manuskrip saya membaca bahwa BNI yang beliau dirikan inilah kemudian melahirkan Oeang Republik Indonesai (ORI) sebagai uang resmi ditengah mata uang bangsa lain yang berseliweran saat itu .
Beberapa dekade kemudian 2024, Cucu RM Margono, Prabowo Subianto Djojohadikusumo, menjadi Presiden Republik Indonesia dan kemarin meresmikan sebuah lembaga baru Badan Pengelola Investasi DANANTARA (24/2/0225). Cucu RM Margono, Hashim Djojohadikusumo bercerita bahwa ini adalah momen emosional karena ini adalah gagasan ayah beliau Soemitro Djojohadikusumo sejak dahulu namun belum disetujui saat itu. Idenya sebenarnya saya yakin sama dengan Hamilton dan RM Margono Djojohadikusumo, bahwa harus ada transfer asset (kekayaaan) negara guna menghidupkan pasar, menggairahkan masyarakat berkreasi dan inovasi yang otomatis mendorong pertumbuhan ekonomi dengan begitu cita negara dalam UUD 1945 akan kesejahteraan umum segera tercapai.

Source : tirto.id
Sebagai pengelola investasi DANANTARA sebenarnya memiliki fungsi yang sama dengan Bank yaitu fungsi investasi menyalurkan dana agar menciptakan pabrik, lapangan kerja, membuka warung, petani, peternak pedagang sayur tersalurkan secara cepat, perdagangan ramai, mendorong keramaian baru lahir, otomatis mendorong GDP secara simultan dan masif, tingkat kemajuan kesejahteraan umum segera meningkat (Pembukaaan UUD 1945).
Perbedaanya kalau Bank, menyalurkan kredit dan menjadi kewajiban bagi penerima kredit, untuk melunasi utang (pokok dan bunga) dan keuntungan yang didapat bank adalah selisih bunga yang didapatkan dari yang dia bayarkan kepada penabung. Bank tidak mempunyai status kepemilikan atas usaha itu, bank tidak dapat bersuara atau meminta jatah laba dari bisnis itu apabila suatu saat melahirkan laba yang besar.
Sementara DANANTARA modalnya bukan dari simpanan masyarakat di bank, namun dari asset (baca: kekayaan) negara utamanya dividen yang ada diseluruh BUMN dijadikan modal (equity) untuk kemudian disalurkan dalam bentuk investasi di pasar nasional dan global. DANANTARA menjadi salah satu atau mayoritas menjadi bagian kepemikan atas usaha itu, Artinya badan usaha yang kemudian diinjeksi DANANTARA tidak perlu membayar utang pokok dan bunga namun mendapatkan energi yang berlimpah, bisa membangun pabrik baru, mesin- mesin baru, menambah tenaga kerja, rantai pasar diseputar pabrik meningkat. Efek dominonya masyarakat diseputar situ, masyarakat akan membuka warung sandang, pangan, papan, pasar terbentuk, transfer kekayaaan antar warga meningkat.
Danantara akan mendorong sektor usaha untuk ekspansi karena modal belanjanya menjadi besar (capital expenditure). Bukan hanya Danantara akan menambah energi termasuk transfer kemampuan pengelolaan, bahkan jaringan antar negara, termasuk pengaruhnya terhadap pasar domestik, karena Danantara dibawah langsung Presiden. Danantara memberi pesan kepada pasar bahwa ada negara (Presiden RI) didalamnya karena Danantara masuk disektor itu . Pesan ini sangat dibutuhkan pasar, karena pasar membutuhkan tegaknya Pasal 1 ayat (2) , dan Pasal 28D UUD 1945 yaitu negara hukum harus bisa menjamin kepastian hukum.
Beginilah kira kira pola kerja Danantara yang didirikan oleh Prabowo Subianto Djojohadikusomo cucu dari RM Margono Djojohadikusomo dan anak dari Soemitro Djojohadikusumo. Makanya jikalau Hashim Djojohadikusumo optimis akan ada pertumbuhan ekonomi 8% itu akan sangat rasional, karena ada energi besar yang akan tersalurkan secara tepat sasaran dan efisien guna menghidupkan pasar.
******
Bahasa mudahnya kira kira begini, tetangga sebelah kita bernama Pak Ruslan, membuka kedai kopi dengan modal awal pribadinya 10 juta rupiah. Dengan modal itu beliau membeli bahan yang dibutuhkan guna penunjang, pertama pasti adalah kopinya itu sendiri dan kebetulan beliau peminum kopi, punya pengetahuan dasar tentang kopi yang diminati oleh warga sekitar. Beliau juga membeli susu, teko pemanas yang sederhana, tabung gas, kompor, merenovasi halaman depan rumahnya sebagai kedai kecil, beli satu meja kecil sekedar buat simpan kopi dan 4 bangku kecil buat duduk sambil menikmati kopi. Pak Ruslan hanya dibantu oleh anak dan istrinya guna menjalankan bisnis itu tanpa harus membayar gajinya.
Seminggu setelah dibuka, mulai satu dua tetangga berdatangan hanya sekadar gossip, gibah tetangga hingga politik, sambil ngopi. Salah satu tetangga bernama Ibu Thorik yang gemar mencoba resep kue terinspirasi menitipkan kue buatannya, ke kedai kopi Pak Ruslan. Teryata kue-kue Ibu Thorik dapat menjadi teman terbaik kopi Pak Ruslan. Pengunjung kopi yang tadinya hanya 3 dan 4 orang, mulai bertumbuh menjadi 10 bahkan bisa 40 orang dalam sehari ada yang sekedar jongkok atau berdiri karena tak kebagian kursi.
Kedai kopi Pak Ruslan beberapa waktu mulai ramai, seiring dengan itu, ternyata ada tetangga lain bernama Pak Fandu juga tertarik untuk menitip beberapa bungkus gula, teh, beras, kacang hijau, kopi bubuk hingga rokok untuk dijual di kedai kopi Pak Roeslan. Tak disangka respons positif, dan ternyata sambil minum kopi mereka pun bisa langsung berbelanja kebutuhan seperti beras, atau sekedar gula bahkan mulai banyak yang hanya datang untuk mencari kebutuhan sehari-hari seperti sabun, sikat gigi hingga pembalut wanita serta keperluan dapur.
Akhirnya Pak Ruslan, Ibu Thorik dan Pak Fandu sepakat untuk lebih serius mengelola kedai kopi Pak Ruslan. Tadinya karena modal yang dikeluarkan guna mendirikan kedai itu hanya 10 juta, namun asetnya saat ini sudah bertumbuh menjadi Rp 15 juta, oleh Pak Ruslan kepemilikan itu dijualnya berbentuk kertas berharga kepemilikan (baca: saham) kepada Pak Fandu dan Ibu Thorik, masing masing seharga Rp 1,5 juta (total tambahan modal/asset Rp 3 jt). Jadi kepemilikan tetap dimiliki mayoritas oleh Pak Ruslan 80% sementara Pak Fandu dan Ibu Thorik masing masing memiliki 10%.
Karena antara membeli kue, beli gula beras saling memberikan efek domino sehingga kedai ini mulai ramai. Modal yang tadinya hanya 10 juta, 15 juta, 18 juta ternyata setelah 6 bulan sudah bernilai 30 juta. Namun tambahan 3 kali lipat asset itu oleh Pak Roeslan, Ibu Thorik dan Pak Fandu tidak dipakai foya foya, karena beliau orangnya efisien, jujur, keuntungannya dipakai untuk menambah lagi beberapa meja, kursi rak di kedainya termasuk membeli kipas angin agar membuat suasana nyaman. Warung semakin ramai, Ibu Thorik, Pak Ruslan, dan Pak fandu tidak lagi bekerja sendiri sendiri mereka satu corpus (tubuh) yaitu korporasi, yang mereka beri nama “Kedai Pak Roes”.
Kedai Pak Roes yang tadinya kedai kopi mulai seperti kelihatan kedai serba ada, sambil ngopi, tetangga kemudian berbelanja kebutuhan rumah tangga mulai beras, hingga deodorant. Assetnya sudah mulai bertumbuh hingga lebih 50 juta rupiah. Seiring berjalannnya waktu hingga jelang tahun kedua pegawai yang tadinya cuma anak dan istri, tanpa gaji kini sudah bertumbuh menjadi 4 orang ada kasir (ibu Rus) , ada pembuat kopi (anak Pak Rus), ada pelayan (anak Ibu Thorik gantian dengan anak Pak Fandu ), dan kini sudah digaji yang dihitung sebagai biaya operasional kedai kopi. Ternyata tanpa sadar Kedai Pak Roes sudah perlahan melakukan pemenuhan hak konstitusional rakyat berupa hak atas pekerjaaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2 UUD 1945).
Kedai Pak Roes juga mempekerjakan tetangga sekitar dengan metode gantian dan dibayar per jam karena diantara mereka masih harus pergi sekolah kursus guna mewujudkan mimpinya. Kurang lebih 2 tahun Kedai Pak Roes bertumbuh pesat, asset (kekayaaan) mungkin sudah ditaksir bertumbuh 2000 % (20 bagger) sejak awal berdirinya yaitu sudah 200 juta .
Ide awal Pak Roeslan yang tadinya hanya untuk kepentingan pribadinya tanpa sadar membawa rezeki kepada Ibu Thorik dan Pak Fandu. Begitupun Ibu Thorik membawa rezeki kepada anaknya, tetangganya yang lain yaitu membantu atau sekedar memesan kue dan lainnya. Begitu pula Pak Fandu membawa rezeki kepada yang lainya, pemasok, pengantar kebutuhan pokoknya, ekonomi berputar melibatkan rezeki bagi banyak orang yang awalnya dari sekedar egoisme pribadi Pak Ruslan guna membangun kedai kopi kini sudah menjadi instrumen “memajukan kesejahteraan umum” .
Melihat peluang ini Pak Danan, tetangga kampung sebelah tertarik, Pak Danan punya banyak usaha kecil kecilan termasuk berdagang kelililing. Namun jam terbang dan networking-nya jauh lebih banyak dan semua keuntungan dari usaha-usahanya itu tidak difoya-foyakan namun dipakai lagi untuk membuka usaha baru (aktif) atau sekedar usaha pasif (investasi). Pak Danan orang jujur, hidup tahu apa yang dibutuhkan, dia tidak pernah bingung dengan dirinya untuk membedakan yang mana keinginan atau kebutuhannya baik dalam dagang maupun kehidupan sehari harinya (efficiently).
Karena Pak Danan memilki jam terbang tinggi, kekayaaanya (baca asset) sudah besar maka sudah punya intuisi atau blink (baca : Malcolm Gladwell, 2005, Blink, The Power of Thinking Without Thinking), dalam melihat bisnis yang memiliki masa depan cerah (future value). Akhinya keuntungan dari beberapa bisnisnya selama ini daripada hanya tersimpan tidur atau tidak tepat sasaran, Pak Danan mengamati Kedai Pak Roes yang semakin bertumbuh dengan fundamental yang kuat, tingkat laba yang konsisten terus meningkat, dikelola orang jujur dan profesional mengakibatkan pengunjung terus berdatangan tidak hanya lagi sekedar tetangga namun juga dari kampung sebelah terus berdatangan. Pak Ruslan, Ibu Thorik dan pak Fandu, sudah memilki asset yang jauh lebih besar, kemampuan finanasial jauh lebih kuat dari sebelumnya namun gaya hidup tetap santun dan sederhana .
Akhirnya Pak Danan mendatangi Pak Roes, Ibu Thoric dan Pak Fandu, untuk menjajaki peluang guna membuka cabang ditempat lain dan Pak Danan akan ikut membantu tambahan modal untuk itu. Oleh karena Pak Danan usahanya sudah banyak, pedagang keliling, jam terbang lebih tinggi, jaringannya luas, dan dia juga tahu bahwa urus izin usaha di kampung lain itu mudah dan tidak berbelit belit serta tidak dipersulit, pajak atau pungutannya juga tidak besar. Ternyata kepala kampung itu juga sadar bahwa kalau pajak tidak mengiggit justru lapangan kerja akan lebih mudah dibuka oleh para pedagang.
Pak Danan mulai menghitung angka angka prediktif (future value) pertumbuhan Kedai Pak Roes, kalau dalam 2 tahun, asset bertumbuh 20 kali maka, dalam 5 tahun kedepan harusnya bisa diperhitungkan bisa tumbuh moderat 50 kali namun ambil angka moderat saja yaitu 25 kali. artinya aset 200 juta ini dalam 5 tahun kedepan akan bernilai minimal 5 M, langkah awal Pak Danan, ubah nama kedai Pak Roes menjadi RusMart, target tahun pertama pertama buka beberapa cabang, dan tahun berikutnya.
Pak Ruslan, Ibu Thorik dan Pak Fandu ternyata orang yang sadar akan potensi dirinya, dan juga memahami jam terbang serta karakter Pak Danan dan akhirnya setuju dengan gagasan itu dan akhirnya kepemilikan Pak Rus yang tadi 80%, dibeli 29% kepemilikan nya (saham) oleh Pak Danan. Kedai Kopi Pak Rus mendapatkan tambahan modal namun tak berkewajiban membayar pokok dan bunga (seperti utang bank) namun porsi kepemilikan Pak Rus tersisa 51% karena 29% telah dimiliki Pak Danan dan masing masing 10% dimiliki oleh Ibu Thorik dan Pak Fandu.
Pak Danan membeli 29% kepemilikan dari Kedai Pak Roes karena beliau jago negosiasi harga belinya berada dibawah nilai assetnya (book value) saat itu karena nilainya kurang lebih Rp 200 juta, seharusnya harga 29% kedai kopi Pak Rus adalah sekitar Rp 58 juta, bahkan kalau nilai wajar (fair value) dengan segala potensinya bisa lebih tinggi, namun Pak Danan hanya membayar Rp 50 juta harga beli kepemilihan kedai kopi Pak Roes itu (baca : private placement).
Akhinya, RusMart mulai berdiri yang telah jauh lebih maju sejak awal didirikannya di halaman rumah Pak Rus. Kini disebuah ruko sederhana yang mempekerjakan maksimal 2 sampai 3 orang silih bergantian. RusMart menjadi terkenal dimana mana, cabang demi cabang mulai tumbuh hingga kemudian tahun ketujuh Rusmart telah memiliki ratusan cabang dengan total kekayaannya kurang lebih dari Rp 500 M, perkembangan total aset yang begitu masif juga dipengaruhi karena Pak Danan, Pak Rus, Pak Fandu dan Ibu Thorik adalah orang yang banyak ide dan gagasan (growth mindset), sehingga laba yang dihasilkannya banyak yang ditahan setiap tahunnya, dipakai untuk ekspansi termasuk ke usaha pasif (investasi-investasi) bisnis hilir lainnya, seperti kopi, gula, teh dll.
Pak Danan, dan Ruslan, Ibu Thorik, dan Pak Fandu telah membuka lapangan kerja banyak warga, mendorong terus-menerus dibukanya pabrik gula, pabrik tepung, industri kopi, serta sandang pangan papan lainya, rantai ekonomi terus bergerak berputar.
Cerita ini kemudian tersebar dipelosok negeri, banyak kemudian saudagar dari negeri seberang yang berkeinginan untuk ikut memilki RusMart, bahkan tawaran harga bisa 20 kali dari nilai modalnya saat itu (price to book value), karena menurut mereka bahwa, potensi pendapatannya hingga 10 tahun ke depan akan bertumbuh lebih cepat karena manajemen Pak Danan, Pak Rus, Ibu Thorik dan Pak Fandu jujur, transparan, efisien, profesional dan kehidupan pribadi mereka semua sederhana. Ditambah lagi potenesi pasar yang kemudian bakal dibuka lagi akan meberikan peluang besar untuk segera bertumbuh.
Harga yang ditawarkan saudagar negeri seberang guna kepemilikan Rusmart yang bahkan diatas 20 kali dari nilai buku dinilai masih murah karena kemampuan RusMart sebagai corpus (korporasi) menghasilkan untung jauh lebih kuat bahkan dibawah 10 tahun modal yang dikeluarkan itu akan kembali lunas (Price to Earning Ratio < 10). Akhinya valuasi harga kepemilikan RusMart yang sesungguhnya saat itu, hanya Rp 500 M, berani ditawar saudagar saudagar hingga Rp 10 T (market caps).
Saudagar-saudagar itu menyadari menyadari bahwa sejak awal hanya didirikan dengan aset 10 juta rupiah oleh pak Rus, kini sudah menjadi total aset Rp 500 M. Padahal potensi pasar masih sangat luas belum merambah ke berbagai kampung dan negeri tetangga dan belahan benua lainnya. Kalau Rp 10 juta berubah menjadi Rp 500M, itu berati pertumbuhannya sudah 50 ribu kali (50 ribu bagger).
Jadi kalau pakai angka atas pertumbuhan masa lalu, sampai saat ini, maka kalau nilainya saat ini 500 M, maka 10 tahun ke depan jikalau membuka cabang di berbagai kampung dan merambah ke negara lain maka bisa bertumbuh lagi. Atau ambil angka tumbuh moderat dengan antisipasi berbagi resiko, proyeksi moderat bertumbuh 1000 kali maka nilai harga ditawar Rp 10T sesungguhnya masih murah dibanding nilai masa depannya yaitu Rp 500T ( 1000 x Rp 500M).
Pak Ruslan, Ibu Thorik, Pak Fandu, dan Pak Danan bisa membuktikan bahwa Sam Walton bukan cerita dongeng ketika pertama kali membuka Walmart tahun 1962. Keluarga Sam Walton kini memiliki aset kurang lebih $432.4 B atau kurang lebih Rp 6500 T (annual ranking by Bloomberg, https://www.familywealthreport.com/article.php/Waltons-Remain-Top-Of-Global-Richest-Families-List)
Dengan ditawar beli atas kekayaaan RusMart oleh Saudagar Rp 10T, artinya, Pak Danan, Pak Roes, Ibu Thorik dan Pak Fandu sekarang sudah memiliki total nilai kekayaan, berkali-kali lipat sejak awal mereka mendirikan kedai kopi Pak Rus. Ibu Thorik sekarang punya nilai kekayaaan Rp 1 T (10%), Pak Fandu Rp 1 T (10%), Pak Rus 5,1 T (51%), dan Paka Danan 2,9T (29%). Pak Danan memiliki aset yg tersebar di beberapa negeri seberang lautan tidak bergantung lagi hanya pada aset di kampungnya saja. Pak Danan sejak investasi awalnya ketika hanya bermodal Rp 50 juta membeli kepemilkkina 29% Kedai Pak Roes maka kekayaaan Pak Danan sekarang berkali lipat menjadi Rp 2,9 T. Ini belum dihitung investasi atau kerjasama Pak danan dengan yang lain, mungkin ada dua tiga bisnis lainnya yang telah mempekerjakan dan mensejahterakan banyak penduduk. Mungkin total kekayaan Pak Danan saat ini valuasinya sudah Rp 10 T.
Mereka bisa menjadi seperti ini karena mereka sangat sadar bahwa rugi ada batas bawahnya sedangkan untung tidak ada batas puncaknya. Mereka juga adalah orang yang bekerja memanfaatkan kekuatan kejaiban keuntungan majemuk (magic of compound). Apakah mereka akan berhenti? Tidak, karena mereka sadar bahwa kebutuhan mereka sebagai manusia hanya sangat kecil dibanding kekayaaanya, mereka tetap makan seperti manusia lainnya (gado-gado, pecel lele, nasi, ayam kremes , pecak ikan, telur balado, rendang).
Kekayaanya itu terus diputar guna menumbuhkan kreatifitas, inovasi, menghidupkan pasar, agar pertumbuhan ekonomi meningkat dan akan menjadi amal jariyah bagi Pak Danan, Pak Rus, Pak Fandu dan Ibu Thorik karena banyak orang tua yang kemudian bisa menyekolahkan anaknya secara maksimal yang akhirnya efek domino lagi menambah sumber daya berkualitas untuk menghidupkan kembali lagi pasar. Hak hak konstitusional warga terpenuhi termajukan tanpa harus merepotkan tanggungjawab pemerintah (pasal 28I ayat 4 UUD1945). Banyak warga berkesempatan memajukan mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. (Pasal 28C dan pasal 31 UUD 1945). Warga juga terbuka terpenuhi hak memajukan dirinya, bekerja serta mendapat imbalan (Pasal 27 dan pasal 28D ayat 2 UUD1945)
Pak Danan bahkan RusMart terus melakukan hal yg sama dalam berbagai bisnis yang fundamentalnya bagus. Tidak Mustahil kekayaaan Pak Danan, Pak Fandu, Ibu Thorik, dan Pak Rus akan tembus melebihi nilai Rp 100T. Tidak usah kejauhan seperti keluarga Sam Walton namun cukup di Indonesia ada Prajogo Pangestu dengan kekayaan US$ 44,4 M (Rp 660T), Keluarga Hartono hampir US$ 50 M (Rp 750T) , atau Chairul Tanjung US$ 4,2M (Rp 63T) (https://www.tempo.co/ekonomi/10-daftar-orang-terkaya-di-indonesia-akhir-januari-2025-dewi-kam-salip-tahir-dan-keluarga-juga-chairul-tanjung)
Tidak heran ketika membaca Temasek sejak awal didirkan kekayaaanya sudah bertumbuh ribuan kali lipat. Pak Danan, Pak Rus, Pak Fandu dan Ibu Thorik bukan DANANTARA, karena Danantara akan jauh lebih canggih, hati hati serta kompeten guna melakukan semuanya. Mereka semua adalah orang yang sudah punyak “blink” dibidangnya masing masing guna mengawal DANANTARA, mereka sangat paham the Rule of 72, magic of compound interest, yang membuat Albert Einstein sampai Isaac Newton pun terbingung bingung. Saya yakin mereka adalah orang orang yang bekerja dengan membangun ide yang dianggap masih kurang (creative thinking, growth mindset) bukan orang yang selalu mencari kekurangan sebuah ide (critical thinking, fixed mindset).
Dengan modal awal yang begitu besar, maka tidak mustahil valuasi kekayaan Indonesia melalu DANANTARA itu akan meningkat dalam kurun waktu diatas 20 tahun kedepan. Tidak perlu saya hitung, karena angka nol nya karena akan sangat banyak bahkan cenderung membingungkan, tapi itu adalah valuasi yang setiap saat bisa digunakan buat anak cucu kita untuk terus membangun peradaban dan bersaing dengan bangsa lain.
Yang pasti tujuan negara dalam pembukaaan UUD 1945 “memajukan kesejahteraan umum” terbentang didepan mata, pertumbuhan ekonomi 8% bukan isapan jempol, asal iklim politik dikondisikan, buat dunia usaha percaya diri dengan prinsip negara hukum dan kepastian hukum (Pasal 1 dan 28D UUD 1945), jangan selalu dicemaskan dengan penegakan hukum korupsi, regulasi dan birokrasi jangan mempersulit. Rakyat akan sejahtera dengan sendirinya akibat nyala kreatifitas dan inovasi itu tersulut oleh obor Danantara di pasar.
Kalau Hashim Djojohadikusumo menyatakan bahwa ini momen emosial bagi beliau dan Pak Prabowo, maka sesungguhnya ini juga adalah momen emosional seluruh anak bangsa akan masa depannya.
Akankah Trah Dojohadikusumo akan dinilai sebagai Bapak Finansial atau Bapak Kesejahteraan Indonesia, silahkan menilainya sendiri.
Thank You…